Indonesian Channel - Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, jika terpilih menjadi Presiden Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) periode 2023-2027, akan menjadikan isu perubahan iklim sebagai salah satu fokus utamanya.
"Tidak dapat dipungkiri, dampak perubahan iklim menjadi ancaman bagi ketersediaan sumber daya air, ketahanan pangan, keselamatan dari bencana hydrometeorogi serta kesejahteraan seluruh umat manusia di dunia," ujar Dwikorita.
Karenanya, lanjut Dwikorita, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim menjadi salah satu isu prioritas yang harus menjadi perhatian semua negara tanpa terkecuali.
Dwikorita mengungkapkan hal itu, saat Resepsi Diplomatik di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura, dikutip dari siaran pers Kementerian Luar Negeri, pada Selasa (16/5/2023).
Resepsi diplomatik dihadiri oleh sekitar 30 perwakilan negara anggota WMO yang ada di Singapura.
Acara dibuka oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Singapura, Suryo Pratomo.
Dwikorita menegaskan, semua program WMO yang telah berjalan akan tetap dijalankan dan semakin diperkuat.
"Namun demikian terobosan dan inovasi tetap diperlukan agar publik semakin sadar bahwa ancaman perubahan iklim sangat nyata sehingga butuh kerjasama semua pihak untuk menekan lajunya," tegasnya.
Lebih lanjut Dwikorita mengatakan Visi yang akan diusung adalah "Mewujudkan Cuaca-Iklim dan Samudra untuk Kesejahteraan Bersama dan Ketangguhan Masyarakat Dunia".
Ia memaparkan, untuk newujudkan visi tersebut, ada empat misi yang akan dijalankan.
Pertama, terus memperkuat Global Basic Observing Network (GBON), dengan mendukung pengembangan kapasitas sumber daya manusia dan infrastruktur di Negara-negara Anggota.
Khususnya, lanjut Dwikorita, untuk pengamatan sistem kebumian yang berkualitas, guna meningkatkan kualitas dan aksesibilitas data dan informasi cuaca, iklim, air, dan layanan lingkungan lainnya, yang disampaikan secara otoritatif (tepat waktu, andal, dan akurat), dapat diakses, berorientasi pada pengguna, dan sesuai dengan tujuan.
Baca Juga: Peringati Waisak, Pengelola Candi Borobudur Siap Sambut 32 Bhante yang Berjalan Kaki dari Thailand
Kedua, terus memperkuat dan atau mempercepat pengembangan Peringatan Dini untuk Semua (Early Warning for All).
Ketiga, terus memfasilitasi kemitraan dan kolaborasi untuk mobilisasi sumber daya, guna mendukung pengembangan infrastruktur dan kapasitas negara-negara anggota.
Di antaranya, tegas Dwikorita, dengan meningkatkan capaian Program SOFF (Systematic Observations Financing Facility).
Keempat, terus mendorong pengembangan teknologi tepat guna dengan memperhatikan pengetahuan, teknologi, dan/atau kearifan lokal atau adat untuk mendukung, peringatan dini dan aksi dini, di Negara Berkembang dan Negara Berkembang Kepulauan Kecil (Small Island Developing States/SIDS).***