Indonesian Channel - Guna mencegah diare pada bayi, Kementerian Kesehatan melaksanakan Imunisasi Rotavirus (RV) secara gratis, di Puskesmas atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan di seluruh Indonesia.
Hingga saat ini, diare masih menjadi masalah kesehatan yang besar di dunia, termasuk Indonesia. Padahal Diare dapat dicegah dengan imunisasi Rotavirus.
Wakil Menteri Kesehatan RI Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono mengaku prihatin melihat data yang menunjukan, diare masih menimbulkan kesakitan dan kematian tergolong tinggi.
''Saya sangat sedih. Anak-anak yang sedang masa lucu-lucunya, aktif-aktifnya, harus tersiksa, terkulai lemas, dan menderita akibat diare," ujarnya, saat Pencanangan Nasional Imunisasi Rotavirus (RV) di Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan, pada Selasa (14/8/2023).
Padahal, lanjut Dante, sesungguhnya diare dapat dicegah. Berdasarkan penelitian sebelumnya, 1 dari 2 anak diare disebabkan karena infeksi rotavirus yang berasal dari makanan, yang penanganannya dapat dicegah antara lain dengan Imunisasi Rotavirus.
Ia menjelaskan, imunisasi Rotavirus diberikan tiga dosis, mulai bayi usia 2 bulan dan maksimal usia 4 bulan dengan interval minimal empat minggu antar dosis.
Menurut Dante, pemberian imunisasi Rotavirus tepat waktu ditujukan untuk memberikan perlindungan sedini mungkin pada bayi dari diare yang disebabkan oleh Rotavirus.
''Imunisasi Rotavirus ini diberikan sebanyak tiga dosis, pada bulan kedua, bulan ketiga, dan pada bulan keempat saat anak-anak tersebut mulai berkembang, karena waktu-waktu itulah anak mulai makan makanan tambahan yang cenderung peluang diare lebih besar,'' jelasnya.
Lebih lanjut Wamenkes menyebutkan, keberhasilan program imunisasi sangat ditentukan oleh kolaborasi pemerintah, profesional kesehatan, organisasi masyarakat sipil, sektor swasta, dan mitra pembangunan kesehatan.
Dengan demikian bisa mendukung akselerasi transformasi kesehatan serta mencapai cakupan imunisasi yang tinggi agar dapat semakin memperkuat sistem kesehatan di Indonesia.
Ia memaparkan, ada 3 hal yang dapat dilakukan untuk mendukung program imunisasi ini, yaitu pertama menyebarkan informasi ini seluas-luasnya pada masyarakat, bahwa diare bisa dicegah dengan imunisasi.
Kedua, melengkapi imunisasi bayinya agar menjadi contoh untuk keluarga lainnya.
Baca Juga: Ini, Penyebab dan Tips Menghindari Diare
Ketiga, memastikan bahwa anak yang sudah diimunisasi tetap dijaga kebersihan makanan dan cuci tangannya.
"Ini penting sekali, semoga dengan 3 hal tersebut kita bisa mencegah diare sebesar-besarnya di Indonesia,'' tegasnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, untuk mempercepat penurunan kesakitan dan kematian akibat diare, tahun ini imunisasi Rotavirus dilaksanakan secara nasional di seluruh Indonesia, baik di daratan maupun di kepulauan.
''Introduksi Imunisasi Rotavirus memang sudah dilakukan sejak 2022, namun mulai hari ini kita lakukan pencanangan dan perluasan secara nasional, yang dilakukan di Kabupaten Pangkajene Kepulauan karena memang imunisasi disini sangat baik, sehingga dapat langsung dimanfaatkan oleh masyarakat,'' ungkapnya.
Data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020 menunjukkan bahwa diare menjadi penyumbang kematian nomor dua setelah pneumonia (infeksi paru) pada bayi usia 29 hari-11 bulan yaitu 9,8% dan pada kelompok balita usia 12-59 bulan sebesar 4,5% dari total kematian.
Menurut data Indonesia Rotavirus Surveillance Network 2001-2017, Rotavirus adalah penyebab utama diare berat pada balita, yaitu sekitar 41% sampai 58% dari total kasus diare pada balita yang dirawat inap, saat ini 1 dari 8 anak balita menderita diare.
Selain menyebabkan kesakitan dan kematian, diare juga akan menghambat tumbuh kembang seorang anak karena dapat menimbulkan stunting.
Zat mikro yang dibutuhkan oleh tubuh anak untuk tumbuh hilang karena infeksi diare yang berulang dan nilai gizi pada tubuh anak pun akan berkurang.
Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 juga menunjukkan prevalensi diare yang tinggi pada balita mencapai 9,8%. ***