Indonesian Channel - Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK, Y. B. Satya Sananugraha mengatakan, transformasi layanan kesehatan primer harus mendapat perhatian khusus serta investasi kesehatan yang besar, dengan fokus kepada promotif dan preventif.
Transformasi itu, kata Satya, dapat dimulai dari Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posko Kesehatan Desa, Posyandu serta pelibatan fasilitas pelayanan kesehatan swasta.
Satya mengatakah hal itu, saat peluncuran program Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan, di Grand Ballroom JIEXPO Convention Center Jakarta, pada Kamis (31/8/2023).
Satya menegaskan konsep integrasi pelayanan kesehatan primer menjadi salah satu kunci yang penting untuk mengoptimalkan peran pelayanan kesehatan primer.
"Ini dilakukan untuk mengatasi berbagai tantangan dalam pencapaian indikator kesehatan nasional,” tegasnya.
Lebih lanjut Satya menyebutkan, upaya integrasi layanan kesehatan primer harus menjadi tulang punggung perbaikan kualitas kesehatan masyarakat.
Masyarakat juga, lanjut Satya, harus menjadi subjek layanan berdasarkan kebutuhan kesehatan dalam siklus hidupnya, bukan pelayanan berbasis program.
Ia mengingatkan, hal yang tidak kalah penting, proses digitalisasi dalam tata kelola pelayanan kesehatan primer harus juga dibangun secara beriringan.
Integrasi pelayanan kesehatan primer sendiri merupakan bagian dari transformasi layanan primer yang berfokus pada tiga hal.
Pertama, siklus hidup sebagai fokus integrasi pelayanan, kedua, perluasan layanan kesehatan melalui jejaring hingga tingkat desa dan dusun, serta ketiga, memperkuat pemantauan wilayah setempat melalui pemantauan dengan dashboard situasi kesehatan per desa.
“Puskesmas dan Posyandu memiliki peran penting dalam integrasi pelayanan kesehatan primer yang komprehensif dan terpadu melalui berbagai layanan preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai dengan kebutuhan kesehatan masyarakat,” terang Satya.
Satya mengungkapkan, berdasarkan data yang ada, dari 10.374 Puskesmas, baru terdapat 54,9 persen Puskesmas yang memiliki sembilan jenis tenaga kesehatan, sekitar 4.1 persen Puskesmas yang tidak memiliki dokter, 43,71 persen Puskesmas memiliki prasarana sesuai standar, dan 51,35% Puskesmas memiliki alat kesehatan standar.
Di samping itu, kelengkapan sembilan jenis tenaga kesehatan di Puskesmas masih belum merata antar wilayah.
“Persoalan ini memerlukan upaya untuk mendekatkan layanan kesehatan kepada masyarakat melalui perluasan jejaring pelayanan kesehatan primer yang kompehensif dan berkualitas kepada masyarakat,” ucap Satya.
Launching program Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, dihadiri oleh 468 orang dari berbagai kepala dinas kesehatan provinsi, kabupaten, dan kota.
Dalam acara tersebut juga dilakukan pemberian penghargaan kepada sembilan lokus yang telah melaksanakan uji coba integrasi layanan primer dan juga penghargaan kepada seluruh mitra terkait.***